Kesepuluh standar profesional akuntan publik memiliki cakupan yang terlalu luas dalam menyediakan suatu panduan yang memadai bagi para auditor. Panduan­ panduan yang lebih spesifik dapat ditemukan dalam SAS (Statements on Auditing Standards) yang diterbitkan oleh Auditing Standards Board AICPA. SAS menginterpretasikan kesepuluh standar profesional akuntan publik serta merupakan referensi paling resmi yang tersedia bagi para auditor. Pernyataan-pernyataan ini merupakan penjabaran lebih lanjut dari standar profesional akuntan publik atau GAAS serta seringkali dirujuk sebagai standar auditing pula, walaupun pernyataan-pernyataan ini bukan merupakan bagian dari ke 40 standar profesional akuntan pub1ik tersebut.

Standar profesional akuntan publik dan SAS/PSA dipandang sebagai literatur
resmi, serta bagi mereka yang melakukan audit atas laporan keuangan historis
wajib mematuhi standar-standar yang ditetapkan dalam standar profesional
akuntan publik dan SAS/PSA tersebut  yaitu di bawah ketentuan yang ditetapkan dalam Kode Etik Profesional dari AICPA. Pernyataan baru diterbitkan saat sebuah masalah audit yang cukup penting muncul untuk menjamin interpretasi resmi oleh AICPA. Pada ketentuan ini, SAS 94 adalah yang terakhir diterbitkan dan digabungkan menjadi materi teks.
Pembaca harus berhati-hati kepada standar berikutnya yang mempengaruhi persyaratan audit.

Seluruh SAS dibagi ke dalam dua klasifikasi nomor : satu nomor SAS dan satu
nomor AU. Contoh, SAS, Hubungan antara Standar Auditing dengan Standar
Pengendalian Mutu, merupakan SAS 25 dan AU 161. Nomor SAS mengidentifikasikan urutan penerbitan SAS tersebut terhadap penerbitan SAS-SAS lainnya; nomor AU mengidentifikasikan lokasinya dalam kodifikasi AICPA atas seluruh SAS tersebut. Sebagai contoh, AU-AU yang dimulai dengan angka "2" selalu merupakan interpretasi atas standar umum. Sementara yang dimulai dengan angka "3" berkaitan dengan standar pekerjaan lapangan, serta AU-AU yang dimulai dengan angka "4", "5", atau "6" berkaitan dengan standar pelaporan.

Dalam prakteknya, kedua sistem klasifikasi ini sama-sama digunakan.
Walaupun GAAS dan  SAS merupakan panduan auditing resmi bagi para
anggota profesi, kedua panduan tersebut hanya memberikan lebih sedikit arahan
bagi para auditor daripada yang diperkirakan semula. Hampir tak ada prosedur
audit khusus yang diwajibkan oleh standar-standar tersebut, serta tak ada
persyaratan-persyaratan khusus bagi keputusan-keputusan yang dibuat oleh auditor, seperti keputusan dalam penentuan ukuran sampel, pemilihan sampel-sampel dari populasi yang diuji, atau pengevaluasian hasil.

Banyak praktisi yang beranggapan bahwa standar-standar tersebut harus menyediakan panduan yang didefinisikan dengan lebih jelas untuk menentukan jumlah bukti-bukti audit yang harus dikumpulkan. Spesifikasi semacam itu dapat mengeliminasikan beberapa keputusan audit yang sulit serta menyediakan suatu lini pertahanan bagi kantor akuntan publik yang dikenai tuntutan terhadap pelaksanaan audit yang kurang memadai. Tetapi bagaimanapun, ketentuan-ketentuan yang dibuat dengan sangat spesifik dapat mengubah auditing menjadi suatu pengumpulan bukti yang mekanis, dan meniadakan pertimbangan profesional. Baik dari sudut pandang profesi maupun dari sudut pandang pengguna jasa audit, barangkali akan merupakan kesalahan yang lebih besar jika mendefinisikan panduan resmi yang terlalu spesifik daripada mendefinisikan panduan yang terlalu luas.

Para praktisi harus memandang GAAS serta SAS sebagai standar minimum
atas kinerja mereka daripada sebagai suatu standar maksimal atau standar ideal.
Setiap auditor profesional yang mencari alat untuk mengurangi lingkup audit dengan menyandarkan dirinya pada standar yang ada, daripada dengan cara mengevaluasi substansi situasi audit, akan gagal memenuhi semangat yang terdapat dalam standar itu sendiri. Pada saat yang sama, keberadaan standar audit tidak berarti bahwa auditor wajib mematuhinya secara membabi buta. Jika seorang auditor menganggap bahwa ketentuan yang terdapat dalam suatu standar, tidak praktis atau tidak mungkin untuk dilaksanakan, maka auditor dimungkinkan untuk melaksanakan tindakan altematif iainnya. Serupa dengan hai itu, jika hal-hal yang dibahas tidak material jumlahnya, maka tidaklah wajib untuk mengikuti standar tersebut.

Bagaimanapun, segalanya tergantung pada pertimbangan auditor apakah
ia akan mematuhi atau tidak mematuhi standar yang berlaku. Ketika auditor membutuhkan panduan-panduan yang lebih spesifik, mereka harus
mencarinya dalam sumber-sumber tak resmi, termasuk dalam textbook, jurnal,serta terbitan-terbitan teknis. Bahan-bahan bacaan yang dipublikasikan oleh AICPA, seperti Journal of Accountancy serta panduan audit industri, dapat digunakan sebagai bahan pelengkap untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tertentu. 

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama