berlaku pula dalam pelaporan audit adalah sebagai berikut :
“Kesalahan penyajian laporan keuangan dapat dianggap material jika kesalahan penyajian tersebut dapat mempengaruhi keputusan yang diambil oleh pengguna laporan”.
Dalam penerapan definisi ini ,terdapat tiga tingkat materialitas yang digunakan untuk menentukan jenis pendapat yang akan diterbitkan.
1.Nilai Tidak Material.
Ketika suatu kesalahan penyajian terjadi dalam laporan keuangan tetapi salah saji tersebut tidak mungkin mempengaruhi keputusan yang dibuat oleh si pengguna laporan, maka hal tersebut dikategorikan sebagai tidak material.Dalam kondisi tersebut sangat pantas untuk menerbitkan pendapat wajar tanpa syarat.Sebagai contoh, diasumsikan bahwa manajemen pada tahun sebelumnya mencatat asuransi yang belum jatuh tempo sebagai suatu aktiva dan memutuskan untuk membebankannya sebagai biaya dalam tahun berjalan untuk mengurangi biaya pemeliharaan catatan keuangan. Dengan demikian manajemen telah gagal untuk mematuhi GAAP/PSAK, tetapi jika jumlahnya sedikit, maka kesalahan penyajian tersebut bersifat tidak material dan suatu laporan audit bentuk baku layak untuk diterbitkan.
2.Nilainya Material tetapi tidak Mempengaruhi Keseluruhan Penyajian Laporan Keuangan.
Tingkat materialitas yang kedua hadir pada saat terdapat suatu kesalahan penyajian dalam laporan keuangan yang dapat mempengaruhi keputusan seorang pengguna laporan, tetapi secara keseluruhan laporan keuangan tetap disajikan secara wajar dan tetap dapat digunakan. Sebagai contoh, bila diketahui terdapat kesalahan penyajian dalam aktiva tetap yang bernilai cukupbesar, hal tersebut dapat mempengaruhi kesediaan dari si pengguna laporan untukmeminjamkan sejumlah uang kepada perusahaan jika aktiva tetap tersebut akandigunakan sebagai jaminan pinjamannva. Tidak berarti bila terdapat suatukesalahan penyajian dalam nilai persediaan, maka kas, piutang dagang, sertaelemen-elemen laporan keuangan lainnya, atau keseluruhan laporan keuangan, akan mengalami kesalahan penyajian yang material pula. Untuk menentukan tingkat materialitas yang terjadi pada saat hadirnya suatu kondisi tertentu yang mewajibkan auditor menerbitkan pendapat di luar pendapat wajar tanpa syarat, maka auditor harus melakukan evaluasi atas semua pengaruhyang mungkin timbul dalam laporan keuangan. Diasumsikan bahwa auditor tidak dapat memuaskan keingintahuannya tentang apakah nilai persediaan telah disajikansecara wajar pada saat ia akan memutuskan tentang pendapat apa yang akan diterbitkannya untuk laporan keuangan tersebut. Karena kesalahan penyajian nilai persediaan berpengaruh pula pada akun-akun lainnya serta pada nilai yangtercantum dalam laporan keuangan, maka auditor wajib mempertimbangkan materialitas dari efek gabungan itu pada persediaan, total aktiva lancar, total modal kerja, total aktiva, pajak penghasilan, pajak penghasilan yang terutang, total hutang lancar, harga pokok penjualan, laba bersih sebelum pajak, serta laba bersih setelah pajak.
Ketika auditor berkesimpulan bahwa suatu kesalahan penyajian bersifat material tetapi tidak mempengaruhi keseluruhan penyajian laporan keuangan, makapendapat auditor yang tepat adalah pendapat wajar dengan pengecualian (menggunakan "kecuali untuk").
3. Nilainya Sangat Material sehingga Kewajaran Seluruh Laporan
Keuangan Dipertanyakan Tingkat materialitas tertinggi hadir saat terdapat probabilitas yang sangat tinggi bahwa pengguna laporan akan membuat keputusan yang tidak benar jika pengguna laporan menyandarkan dirinya pada keseluruhan laporan keuangan dalam pembuatan keputusan mereka. Kembali pada contoh sebelumnya, jika persediaan merupakan nilai terbesar dalam laporan keuangan,Maka suatu kesalahan pencatatan yang bernilai tinggi dan sedemikian material akan mengharuskan laporan auditor untuk mengindikasikan bahwa keseluruhan
laporan keuangan tidak disajikan secara wajar. Ketika tingkat materialitas tertinggi
hadir, auditor harus menolak memberikan pendapat atau memberikan pendapat
wajar, tergantung pada situasi saat itu.
Saat menentukan tingkat materialitas dari suatu kesalahan penyajian, maka
auditor harus mempertimbangkan seberapa besar pengaruh salah saji tersebut terhadap
bagian-bagian laporan keuangan lainnya. Hal ini disebut tingkat resapan (pervasive). Suatu kesalahan pengklasifikasian antara kas dan piutang dagang hanya
mempengaruhi kedua akun tersebut dan dikatakan tidak pervasive. Di sisi lain,kegagalan mencatat suatu penjualan yang bernilai tinggi dikatakan sangat pervasive karena hal tersebut mempengaruhi nilai penjualan, piutang dagang, pajak penghasilan yang harus dibayar, pajak penghasilan yang terutang, serta laba ditahan, yang kemudian mempengaruhi pula aktiva lancar, total aktiva, hutang lancar, total hutang, modal, laba kotor dan pendapatan operasional.Saat kesalahan penyajian semakin pervasive, probabilitas diterbitkannya suatu pendapat tidak wajar dibandingkan penerbitan pendapat wajar dengan pengecualian akan semakin tinggi. Sebagai contoh, andai kata auditor memutuskan terdapat suatu kesalahan klasifikasi antara kas dan piutang dagang dan mengeluarkan pendapat wajar dengan pengecualian karena kesalahan klasifikasi tersebut dianggap material, maka kegagalan dalam mencatat suatu penjualan dengan nilai yang sama dengan nilai kesalahan klasifikasi antara kas dan piutang dagang tersebut, akan mengakibatkan diterbitkannya suatu pendapat tidak wajar karena efek pervasive-nya itu.
Tanpa memperhatikan nilainya, suatu penolakan pemberian pendapat harus
dilakukan saat auditor merasa tidak memiliki independensi sebagaimana independensi yang didefinisikan dalam aturan pada Kode Etik Profesional.Ketentuan yang sangat keras ini mencerminkan pentingnya independensi bagi para auditor. Setiap penyimpangan dari aturan independensi ini akan dianggap sangat material.
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusPosting Komentar