1. Tenaga Endogen 

Tenaga endogen merupakan tenaga yang berasal dari dalam bumi membentuk relief yang sifatnya membangun. Yang termasuk ke dalam tenaga membangun antara lain:

a. Gerak Tektonik (Tektogenesis) 

Gerak tektonik atau disebut juga tektogenesis adalah gerak lapisan kulit bumi, baik secara mendatar ataupun  vertikal akibat adanya pengaruh dari gerakan dan sirkulasi magma dalam  dapur magma secara terus-menerus. Gerak tektonik meliputi dua macam yaitu gerak epirogenesis dan gerak orogenesis.

1) Gerak Epirogenesis Gerak Epirogenesis adalah gerak atau pergeseran lapisan kulit dengan arah vertikal baik ke atas maupun ke bawah dengan gerakan  yang relatif lambat, berlangsung dalam waktu yang lama dan meliputi daerah yang luas. Berdasarkan arah geraknya, gerak epirogenesis dibagi dalam 2 macam, yaitu:
a) Epirogenesis Positif, yaitu gerak turunnya daratan sehingga permukaan laut kelihatan naik.
b) Epirogenetik Negatif, yaitu gerak naiknya daratan.

2) Gerak Orogenesis Gerak Orogenesis adalah gerak atau pergeseran kulit  bumi dengan arah mendatar baik berupa tekanan maupun tarikan yang relatif lebih cepat dan meliputi daerah yang  sempit. Tekanan vertikal dan horizontal serta tarikan pada kulit bumi menyebabkan terjadinya dislokasi atau berpindah-pindahnya lapisan kulit bumi yang membentuk:
a) Pegunungan lipatan, seperti: pegunungan Bukit Barisan di Sumatra, pegunungan Kendeng dan Rembang di Jawa Timur.
b) Pegunungan patahan seperti Patahan Semangko di Bukit Barisan dan Patahan Lembang di Bandung.
c) Depresi kontinental (tanah turun/anjlokan), yaitu  turunnya permukaan bumi menjadi lebih rendah dari daerah sekitarnya. Gerakan-gerakan kerak bumi tadi dalam prosesnya menghasilkan bentuk-bentuk baru yang khas berstruktur diastropik yang disebut gejala diastropisme yang meliputi pelengkungan, pelipatan, retakan dan patahan.

1) Struktur Pelengkungan (Wraping) Terjadi apabila lapisan kulit bumi mendapat tekanan dari tenaga endogen secara vertikal yang tidak merata, sehingga membentuk pola batuan di muka bumi yang berstruktur melengkung.
2) Struktur Pelipatan (Folding) Terjadi karena adanya tenaga endogen yang tekanannya lemah pada lapisan batuan yang plastis  dengan arah mendatar atau horizontal sehingga membentuk muka bumi yang berstruktur lipatan. Bagian puncak lipatan disebut antiklinal dan bagian lembah lipatan disebut sinklinal. Proses pelipatan tidak hanya sesaat tetapi berlangsung terusmenerus dalam kurun waktu yang lama sehingga membentuk beberapa macam lipatan.
a) Lipatan tegak/simetris
b) Lipatan miring
c) Lipatan menggantung
d) Lipatan isoklinal
e) Lipatan rebah
f) Sesar sungkup
Ada kalanya sebuah lipatan besar mengalami pelipatan lagi sehingga antiklinalnya bergelombang meliputi: – Sinklinorium ialah kumpulan sinklinal dalam sebuah lipatan – Antiklinorium ialah kumpulan antiklinal dalam sebuah lipatan

3) Struktur Retakan (Jointing) Terjadi akibat adanya tenaga endogen yang kuat menekan lapisan kulit  bumi yang memiliki ikatan lemah dengan arah berlawanan sehingga membentuk muka bumi yang berstruktur retakan.

4) Struktur Patahan (Faulting) Terjadi karena lapisan batuan mendapat tarikan yang kuat dari tenaga endogen dengan arah simetris tegak, mendatar, miring dan memutar sehingga jenis batuan yang sama mengalami putus hubungan, atau kedudukannya tidak sejajar lagi dan salah satu jenis batuan hasil patahan berpindah tempat atau bergeser.

Bidang tempat retak atau patahnya lapisan kulit bumi disebut bidang patahan, sedangkan bidang patahan yang telah mengalami pergeseran disebut sesar (fault).
a) Sesar turun atau sesar normal
b) Sesar naik
c) Sesar sungkup
d) Sesar mendatar
e) Sesar menjauh

Macam-macam bentukan hasil patahan seperti di bawah ini:
a) Graben atau Slenk yaitu jalur lapisan kulit bumi yang lebih rendah dari lapisan sekitarnya.
b) Horst yaitu jalur lapisan kulit bumi yang meninggi terhadap lapisan sekitarnya.
c) Fleksur (tanah bungkuk) yaitu bentukan yang terjadi akibat tekanan yang kuat mendesak lapisan yang rapuh dan lapisan plastik. Pada bagian lapisan yang plastik membentuk tanah bungkuk.
d) Sesar tangga (Stef Faulting) yaitu seperangkat gejala sesar turun dengan arah lemparan yang sama.

b. Vulkanisme 

Vulkanisme adalah peristiwa yang berhubungan dengan kegiatan magma dari lapisan dalam litosfer menyusup ke lapisan batuan lebih atas atau ke luar sampai permukaan bumi melalui rekahan kulit bumi atau pipa kepundan. Magma ialah batuan cair pijar bersuhu tinggi (sekitar 1.100°C) yang terbentuk dari berbagai mineral dan mengandung gas yang larut di dalamnya. Magma yang keluar sampai ke permukaan bumi disebut lava.

Gunung berapi adalah salah satu bentukan di permukaan bumi yang terjadi karena ada tenaga dari dalam bumi berupa peristiwa vulkanisme. Gunung api tidak hanya terdapat  di daratan tetapi juga terdapat di dasar laut. Bentuk-bentuk gunung api tergantung pada kekuatan tenaga endogen yaitu tekanan gas, kedalaman dapur magma, luasnya sumber/dapur  magma dan sifat magma (cair/kental). Dilihat dari bentuk dan terjadinya, gunung api ada tiga macam antara lain berikut ini.

1) Gunung Api Maar (Embryo) Gunung api  maar terbentuk karena erupsi eksplosif (ledakan yang luar biasa kuatnya) hasilnya bahan-bahan lepas/ padat. Contoh: Gunung Lamongan di Jawa Timur, Danau Atar di Sumatra Barat.
2) Gunung Api Kerucut (Strato) Gunung api kerucut terjadi karena letusan dan lelehan secara bergantian, bentuk badannya seperti kerucut berlapis-lapis dan bahan yang dikeluarkan bahan lepas dan lava.
3) Gunung Api Perisai (Tameng) Gunung api perisai terjadi karena lelehan maupun cairan yang keluar membentuk lereng yang sangat landai membentuk seperti perisai dengan sudut kemiringan lereng antara 1° – 10°. Bahannya adalah lava yang bersifat sangat cair. Contoh: Gunung Mauna Loa dan Kilauea di Hawai. Di Indonesia terdapat 400 gunung berapi, sekitar 129 buah masih aktif dan 70 buah di antaranya tidak menunjukkan letusan.

Gunung api di Indonesia persebarannya dapat dikelompokkan sebagai berikut:
1) Kepulauan Sunda, memanjang dari utara Sumatra, Jawa, Bali sampai Alor (termasuk sirkum mediteran)
2) Kumpulan Banda, muncul di dasar laut Banda dengan ketinggian lebih dari 100 meter (termasuk sirkum mediteran)
3) Kumpulan Minahasa dan Sangihe Talaud, gunung api yang sangat aktif (termasuk sirkum Pasifik) misalnya Gunung Soputan dan Gunung Lakon.
4) Kumpulan Halmahera, di bagian tengah antara Makian dan Tobelo, misalnya Gunung Api Tidore dan Maitara.
5) Kumpulan Bhontain, kumpulan gunung api besar di Sulawesi Selatan, tetapi sudah tidak  aktif.

Gejala vulkanisme adalah berbagai bentukan yang menyertai peristiwa keluarnya magma dari lapisan dalam litosfer menyusup ke lapisan batuan lebih atas atau sampai ke permukaan bumi. Berbagai bentukan muka bumi akibat gejala vulkanisme adalah:
1) Kaldera, yaitu kawah kepundan yang amat besar, luas dan bertebing curam, misalnya kaldera gunung Tengger (sekitar 8 Km).
2) Leher vulkanik, yaitu sisa magma yang membeku pada pipa kepundan yang lapisan tanah penutupnya terkelupas.
3) Dome Vulkanik, yaitu kubah di sekitar gunung berapi akibat dari instrusi magma menekan lapisan kulit bumi bagian atas dan terjadi pelengkungan.
4) Dataran lava, yaitu dataran tinggi atau plato yang berasal dari lava.
5) Bentuk kerucut gunung api yang terbentuk secara berlapis-lapis.
6) Meja Lava, yaitu permukaan bumi yang datar dan relatif lebih tinggi dari sekitarnya menyerupai  meja yang berasal dari lava.
7) Kawah Maar, yaitu kawah gunung api kecil yang telah mati dindingnya berbentuk lingkaran.

Menurut proses terjadinya, batuan dibagi tiga kelompok yaitu batuan beku, batuan endapan (sedimen), dan batuan malihan (metamorf).

1) Batuan Beku 

Berdasarkan tempat pembekuannya, batuan beku dibagi menjadi tiga macam antara lain:
a) Batuan beku dalam (plutonik/abisik) yaitu batuan yang tempat pembekuannya di dalam kulit bumi dan proses pembentukannya lambat sehingga membentuk kristal kasar. Contoh: diorit, granit dan gabro.
b) Batuan beku gang atau korok yaitu batuan beku yang tempat pembekuannya di lubang saluran magma (diatrema) atau pada celahcelah batuan kulit bumi dengan proses pembekuan relatif cepat sehingga bentuk kristalnya halus. Contoh: Aplit, Odinit, Posfir dan Periodit. c) Batuan beku luar atau batuan beku lelehan yaitu batuan beku yang tempat pembekuannya di luar kulit bumi. Contoh: Andesit, Basalt, Batu Apung, Dasit, Liparit, dan Trocit.

2) Batuan Endapan (Sedimen) 

Batuan beku dapat mengalami  pelapukan karena pemanasan matahari, hujan, pendinginan, hembusan angin, aliran air, gelombang, dan oleh makhluk hidup. Serpihan-serpihan batu itu diangkut, kemudian diendapkan di tempat lain, mengeras sehingga menjadi batuan sedimen. Dilihat dari media yang mengendapkannya, batuan sedimen dibagi tiga macam yaitu:
a) Batuan Sedimen Aeolik (Aerik), yaitu batuan sedimen yang diendapkan oleh angin. Contohnya Tanah Los, Tanah Tuf dan Tanah Pasir di daerah gurun.
b) Batuan Sedimen Glasial, yaitu batuan sedimen yang diendapkan oleh es atau gletser. Contohnya morena.
c) Batuan Sedimen Aqualis, yaitu batuan sedimen yang diendapkan oleh air.
Contohnya:
(1) Breksi, yakni batuan sedimen yang terdiri dari batu-batu bersudut tajam yang sudah direkat satu sama lain.
(2) Konglomerat, yakni batuan sedimen yang terdiri dari batu yang bulat yang sudah direkat satu sama lain.
(3) Batu Pasir

Berdasarkan tempat diendapkannya, batuan sedimen terdiri atas:
a) Batuan sedimen teristis, yaitu batuan sedimen yang diendapkan di darat, misalnya tanah loss.
b) Batuan sedimen marine.
c) Batuan sedimen limnis, yaitu batuan sedimen yang diendapkan di danau atau di daerah rawa, misalnya tanah gambut.
d) Batuan sedimen glasial, yaitu batuan sedimen yang diendapkan di daerah es, misalnya moreine.
e) Batuan sedimen fluvial, yaitu batuan sedimen yang diendapkan di sungai, misalnya pasir.

3) Batuan Malihan (Metamorf) 

Batuan metamorf ialah batuan sedimen atau batuan beku yang telah mengalami perubahan bentuk dan sifat (metamorfosis).
a) Metamorfosis Termal/Kontak, yaitu batuan yang terbentuk karena perubahan suhu karena letaknya dekat dengan magma. Misalnya marmer berasal dari batu kapur dan Antrasit berasal dari batubara.
b) Metamorfosis Dinamo, yaitu batuan yang terbentuk karena perubahan tekanan. Misalnya batu sabah yang berasal dari tanah liat.
c) Metamorfosis Regional, yaitu batuan yang terbentuk karena faktor suhu dan tekanan yang bekerja bersamasama, serta adanya unsur-unsur batuan lain dan gas yang masuk pada waktu terjadi kontak dengan magma. Misalnya Gneis, Skis, dan Shale.

c. Gempa Bumi (Seisme) 

1) Pengertian Gempa Bumi
Gempa bumi adalah getaran-getaran yang dirasakan di permukaan bumi disebabkan oleh adanya energi dari dalam bumi yang melepaskan kekuatan sehingga menimbulkan gerakan lapisan-lapisan kulit bumi. Gempa bumi dirambatkan melalui tiga macam getaran, yaitu:
a) Getaran Longitudinal (merapat-merenggang) Getaran ini disebut getaran primer yang berasal dari hiposentrum dan bergerak melalui dalam bumi dengan kecepatan 7 – 14 km per detik.
b) Getaran Tranversal (naik-turun) Getaran ini disebut getaran sekunder yang berasal dari hiposentrum dan bergerak melalui dalam bumi dengan kecepatan 4 – 7 km per detik.
c) Getaran Gelombang Panjang Getaran ini berasal dari episentrum dan bergerak melalui permukaan bumi dengan kecepatan 3,8 – 3,9 km per  detik.

2) Bagian-bagian Gempa
Pusat gempa di dalam bumi disebut hiposentrum dengan kedalaman 10 sampai 50 km, gempa yang ditimbulkan tergolong gempa bumi dangkal dengan getaran yang sangat kuat dan sering menimbulkan bencana di permukaan bumi. Pusat gempa di permukaan bumi di atas hiposentrum disebut episentrum, dari sini gempa dirambatkan ke segala arah melalui getaran gelombang panjang dengan kecepatan 3,5 – 7 km per detik. Beberapa istilah yang berhubungan dengan gempa bumi, sebagai berikut: – Homoseista, adalah garis khayal pada peta yang menghubungkan tempat-tempat yang dilalui gempa pada waktu yang sama. – Isoseista, adalah garis khayal pada peta yang menghubungkan tempat-tempat yang dilalui oleh gempa yang sama intensitasnya. – Pleistoseista, yaitu garis khayal pada peta yang mengelilingi daerah yang mendapat kerusakan terhebat dari gempa bumi.

3) Faktor-faktor Penyebab Gempa Bumi
Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya gempa bumi yaitu sebagai berikut.
a) Pergeseran Kulit Bumi Gempa bumi yang disebabkan oleh pergeseran letak kerak bumi atau kulit bumi, disebut dengan istilah gempa tektonik atau gempa dislokasi. Kulit bumi (dalam ilmu geologi disebut litosfer) terbagi atas beberapa lempeng, baik berupa lempeng kulit benua atau kulit samudra, seperti lempeng Benua Asia, lempeng Samudra Pasifik dan lain-lain. Lempeng-lempeng kulit bumi itu setiap saat melakukan pergeseran atau bergerak dari posisi sebenarnya akibat pengaruh tenaga yang kuat dari lapisan bumi bagian bawahnya. Ketika terjadi tumbukan di antara dua lempeng, sering diiringi oleh peristiwa patahan dari bagian-bagian lempeng yang saling berbenturan. Peristiwa patahan lempeng menimbulkan getaran yang hebat, getaran ini berupa gerakan gelombang yang akan dirambatkan sampai ke permukaan bumi, getaran-getaran berupa gelombang inilah yang disebut sebagai gempa tektonik. Sembilan puluh persen gempa bumi yang terjadi di dunia merupakan gempa tektonik, dan gempa ini menimbulkan kerusakan yang sangat hebat di permukaan bumi.

b) Aktivitas Gunung Berapi (Vulkanisme) Gempa bumi yang disebabkan oleh aktivitas gunung berapi, disebut gempa vulkanik. Vulkanisme adalah peristiwa keluarnya magma ke permukaan bumi melalui lubang magma yang ada pada badan gunung api. Hal ini disebabkan adanya tenaga tekanan yang sangat kuat dari dapur magma untuk mengeluarkan cairan magma ke permukaan bumi. Ketika sampai di mulut lubang magma di permukaan bumi, bahan-bahan cairan magma tersebut dimuntahkan sekaligus sehingga menimbulkan suara dan getaran yang hebat. Getaran-getaran berupa gelombang ini kemudian dirambatkan pada lapisan batuan di permukaan bumi sekitar gunung berapi, yang kita rasakan sebagai gempa bumi. Bukan hanya pada waktu memuntahkan magma saja terjadinya getaran gempa, tetapi sejak terjadinya proses perjalanan magma di tekan dari dapur magma sampai di mulut lubang kepundan gunung berapi di permukaan bumi sudah menimbulkan getaran gempa. Tujuh persen gempa yang terjadi di permukaan bumi disebabkan oleh gejala vulkanisme. kerusakan yang diakibatkan oleh gempa ini tidak terlalu hebat.

c) Runtuhan (Terban) Gempa yang disebabkan oleh adanya runtuhnya sebidang tanah yang cukup luas di bawah permukaan bumi atau longsornya tanah perbukitan di permukaan bumi dan atau runtuhnya gua-gua di daerah kapur dan pertambangan, disebut sebagai gempa runtuhan atau longsoran (Terban). Ketika ambruknya sebidang tanah di bawah permukaan bumi akibat adanya kekosongan tanah, menimbulkan getaran yang dirambatkan ke permukaan bumi sebagai gempa bumi. Getaran gempa yang ditimbulkan oleh runtuhan dan longsoran ini relatif kecil dan tidak merusak. Tiga persen gempa yang terjadi di permukaan  bumi, disebabkan oleh peristiwa runtuhan dan longsoran.

4) Macam-macam Gempa
Berdasarkan intensitasnya gempa dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu:
a) Makroseisme, yaitu gempa yang intensitasnya besar dan dapat diketahui tanpa menggunakan alat. b) Mikroseisme, yaitu gempa yang intensitasnya kecil dan hanya dapat diketahui dengan menggunakan alat saja.

5) Akibat yang Ditimbulkan oleh Gempa
Akibat yang ditimbulkan oleh gempa bumi antara lain:
a) Rusaknya bangunan dan gedung, jalan raya, jalan kereta api, jembatan, jaringan pipa air dan gas serta jaringan listrik.
b) Tanah yang miring dan gundul mengalami longsor dan tanah yang datar mengalami retak-retak.
c) Banyak penduduk yang tewas akibat longsoran atau tertimpa runtuhan bangunan.

2. Tenaga Eksogen 

Tenaga eksogen adalah tenaga yang berasal dari luar bumi yang sifatnya merusak. Pelapukan, erosi, dan sedimentasi merupakan tenaga eksogen yang ketiganya bersifat merusak permukaan bumi sehingga menghasilkan bentukan-bentukan baru pada relief permukaan bumi. Beberapa faktor yang berpengaruh terhadap proses pelapukan, erosi, dan sedimentasi antara lain air, sinar matahari, cuaca (suhu, tekanan dan kelembapan udara, angin, curah hujan), gletser serta organisma yang bekerja bersama-sama atau secara terpisah dalam proses denudasi. Denudasi adalah proses erosi lanjut yang menyebabkan tersingkapnya induk batuan setempat.
a. Pelapukan (Weathering)
Integrasi Konsep dengan Budi Pekerti Luhur
Peristiwa letusan gunung berapi dan gempa bumi sering menimbulkan bencana dan malapetaka bagi manusia karena tidak bisa diperkirakan sebelumnya. Kita sebagai makhluk ciptaan Tuhan diberi amanah untuk selalu menjaga dan memanfaatkan alam dengan sebaik-baiknya serta senantiasa berhati lapang dan sabar menghadapi berbagai cobaan.
Pelapukan adalah proses penghancuran atau perusakan dan pelepasan partikel-partikel batuan yang dipengaruhi oleh cuaca (temperatur), air atau organisme. Beberapa faktor yang memengaruhi kecepatan pelapukan, antara lain:
1) Tingkat kekuatan atau kekompakan batuan.
2) Topografi atau kemiringan lereng.
3) Keadaan vegetasi atau orgganisme lain.
4) Cuaca/iklim

Ada tiga jenis pelapukan, yaitu sebagai berikut.
1) Pelapukan Fisis atau Mekanis Faktor-faktor gejala alam yang menyebabkan terjadinya pelapukan fisis, yaitu:

a) Perubahan Suhu Adanya perubahan atau perbedaan suhu siang hari dan malam hari yang sangat tinggi dan disebut sebagai amplitudo suhu harian, terutama di daerah gurun pasir mengakibatkan bongkahan batuan setempat menjadi retak, pecah, dan mengelupas. Pada siang hari di daerah gurun suhu udara sangat penas dan ketika malam hari tiba subu udara turun drastis sangat dingin. Proses perubahan suhu udara ini lama kelamaan mengakibatkan bongkahan batuan menjadi hancur.

b) Insolasi (Sole = Matahari) Insolasi yaitu pelapukan yang disebabkan penurunan suhu udra yang mendadak. Di daerah gurun, ketika panas terik kemudian turun hujan tiba-tiba, terjadi penurunan suhu udara yang tiba-tiba. Pada saat itu kerutan batuan berlangsung sangat tiba-tiba pula. Maka pecahlah butiran batuan gurun dengan iringan suara yang berdentang.

c) Pembekuan Air dalam Celah Batuan Genangan air di celah-celah batuan, pada malam hari akibat penurunan suhu sampai beberapa derajat di bawah nol menyebabkan air tadi berubah menjadi es. Ketika genangan air di celah batuan itu berubah menjadi es. Ketika genangan air di celah batuan itu
berubah menjadi es volumenya lebih besar dan menekan celah batuan. Jika proses ini terus berlangsung dalam waktu lama, akibatnya bongkahan batuan menjadi hancur.

d) Warna Mineral Batuan Perbedaan warna mineral pembentuk batuan pun menyebabkan perbedaan pemuaian bagian-bagian batuan. Jika proses pemuaian itu terus-menerus menyebabkan berlangsungnya pelapukan mekanik. Warna mineral batuan yang gelap bersifat cepat menyerap panas, energi panas yang diserap mengakibatkan batuan memuai.

e) Pelapukan Es (Glasial) Bukan hanya di daerah gurun atau daerah kering lainnya terjadi pelapukan fisik terhadap batuan di daerah kutub juga terjadi pelapukan fisis berhadap es yang dinamakan pelapukan es, karena adanya amplitudo suhu harian yang tinggi antara malam dan siang hari atau antara suhu musim dingin dengan musim panas.

f) Air yang Bergerak Gerakan air menimbulkan juga pecah-pecahnya batuan yang dilaluinya. Ini dapat di lihar bahwa kerikil yang dingkut oleh sungai sudut-sudutnya hilang menjadi bulat.

g) Abrasi, gelombang laut yang memukul pantai dapat merusakkan batuan di pantai.

h) Akar-akar pohon yang masuk ke dalam batuan tumbuh menjadi besar dan memecahkan batuan itu.

2) Pelapukan Kimia Pada pelapukan ini batu-batuan tidak hanya mengalami penghancuran fisik tetapi disertai perubahan struktur kimiawi batuan tersebut. Proses pelapukan ini dipengaruhi oleh air dan kondisi iklim. Pelapukan kimia di daerah kapur menghasilkan batuanbatuan baru atau gejala karst, seperti:
a) Dolina (russ) yaitu lubang-lubang yang berbentuk corong.
b) Uvala, yaitu suatu depresi di daerah karst yang lebih besar dari doline.
c) Gua kapur dan sungai di dalam tanah.
d) Stalaktit yaitu bentukan di langit gua dan stalagmit yaitu bentukan di lantai gua.
e) Kubah kapur yaitu bukit-bukit kecil dari batuan kapur.

3) Pelapukan Organis Pada pelapukan ini batu-batuan hancur oleh adanya aktivitas organisme, baik tumbuhan, hewan maupun manusia. Misalnya penghancuran batuan oleh akar cendawan dan lumut melapukkan batuan tempat lekatnya, atau bakteri dan organisme kecil dalam tanah.

b. Pengikisan (Erosion) Erosi adalah suatu proses pengikisan dan penorehan bahanbahan yang disebabkan oleh gerakan air mengalir, hembusan angin, gelombang laut, dan gletser.

c) Erosi Alur (riil erosion), terjadi karena pengumpulan aliran air permukaan yang membentuk alur-alur.

d) Erosi Parit (gully erosion), merupakan perkembangan erosi alur yang membentuk parit-parit yang lebih dalam dan lebar.

e) Erosi Air Terjun (water fall erosion), terjadi pada lereng yang curam atau terjal di mana terdapat air terjun.

Faktor-faktor penyebab terjadinya erosi antara lain:
1) Aliran Air Berdasarkan bentuk atau tipe erosinya, terdapat 5 macam erosi air yaitu:
a) Erosi Percikan (splash erosion), terjadi karena tenaga tetesan air hujan memecahkan bahan mineral seperti batu, kerikil, debu, dan partikel tanah.
b) Erosi Permukaan (sheet erosion), erosi yang mengikis tanah bagian atas sehingga kesuburan tanah berkurang.

Memindahkan material batuan dari pantai ke tempat sekitarnya yang dinamakan abrasi. Abrasi menyebabkan terbentuknya
a) cliff, yaitu dinding pantai yang curam dan terjal;
b) relung, yaitu cekungan pada dinding pantai;
c) dataran abrasi, yaitu hamparan wilayah datar di pantai; d) cave yaitu terowongan atau gua di pantai.

Post a Comment

Ų£Ų­ŲÆŲ« Ų£Ł‚ŲÆŁ