Asumsi Dasar Akuntansi #1. Kesatuan Usaha Khusus (Separate Entity / Economic Entity)
Konsep ini memandang perusahaan sebagai suatu unit usaha yang berdiri sendiri, terpisah dari pemiliknya.
Atau dengan kata lain perusahaan dianggap sebagai unit akuntansi yang terpisah dari pemiliknya atau dari kesatuan usaha yang lain.
Untuk tujuan akuntansi, perusahaan dipisahkan dari pemegang saham atau pemilik .
Dengan anggapan seperti ini maka transaksi-transaksi perusahaan dipisahkan dari transaksi-transaksi pemilik dan oleh karenanya maka semua pencatatan dan laporan dibuat untuk perusahaan tadi.
Asumsi Dasar Akuntansi #2. Kontinuitas Usaha (Going Concern/Continuity)
Asumsi dasar akuntansi yang kedua adalah kontinuitas usaha. Konsep ini menganggap bahwa suatu perusahaan akan hidup terus, dalam arti diharapkan tidak akan terjadi likuidasi di masa yang akan datang.
Penekanan dari konsep ini adalah terhadap anggapan bahwa akan ada tersedia cukup waktu bagi suatu perusahaan untuk menyelesaikan usaha, kontrak-kontrak dan perjanjian-perjanjian.
Oleh karena itu dibuat berbagai metode penilaian dan pengalokasian dalam akuntansi yang didasarkan pada konsep ini.
Jadi bila tidak terdapat bukti yang cukup jelas bahwa suatu perusahaan itu akan berhenti usahanya maka kesatuan usaha itu harus dipandang akan hidup terus.
Tapi bila terdapat bukti yang jelas bahwa suatu perusahaan umurnya terbatas, misalnya dalam hal joint venture, maka anggapan kontinuitas usaha ini tidak lagi digunakan.
Asumsi Dasar Akuntansi #3. Penggunaan Unit Moneter dalam Pencatatan
Asumsi dasar akuntansi yang ketiga adalah menggunakan unit moneter dalam pencatatan akuntansi.
Beberapa transaski yang terjadi dalam suatu perusahaan dapat dicatat dengan menggunakan ukuran unit fisik atau waktu.
Tapi karena tidak semua transaksi itu bisa menggunakan ukuran unit fisik yang sama sehingga akan menimbulkan kesulitan-kesulitan di dalam pencatatan dan penyusunan laporan keuangan.
Untuk mengatasi masalah ini maka semua transaksi yang terjadi akan dinyatakan di dalam catatan dalam bentuk unit moneter pada saat terjadinya transaksi itu.
Unit moneter yang digunakan adalah mata uang dari negara di mana perusahaan itu berdiri.
Perencanaan transaksi dengan menggunakan ukuran mata uang pada saat terjadinya suatu transaksi disebut pencatatan yang didasarkan ada biaya historis.
Asumis dasar akuntansi ini digunakan dengan suatu anggapan bahwa daya beli unit moneter yang dipakai adalah stabil dari perubahan-perubahan daya beli yang terjadi tidak akan mengakibatkan penyesuaian-penyesuaian.
Namun jika terjadi perubahan daya beli yang besar (terutama dalam keadaan inflasi).
Maka laporan-laporan keuangan yang disusun dengan dasar biaya historis akan memberikan gambaran yang tidak sesuai dengan keadaan dan dengan demikian kegunaannya akan berkurang.
Untuk mengetahui jenis laporan keuangan
Asumsi Dasar Akuntansi #4. Tepat Waktu (Time Period/Periodicity)
Kegiatan perusahaan berjalan terus dari periode yang satu ke periode yang lain dengan volume dan laba yang berbeda.
Masalah yang timbul adalah pengakuan dan pengalokasian ke dalam periode-periode tertentu di mana dibuat laporan-laporan keuangan.
Laporan-laporan keuangan ini harus dibuat tepat pada waktunya. Agar berguna bagi manajemen, pemilik dan kreditur.
Oleh karena itu harus dilakukan alokasi ke periode-periode untuk transaksi-transaksi yang mempengaruhi beberapa periode. Alokasi ini dilakukan dengan taksiran-taksiran.
Selisih antara jumlah yang ditaksir dengan yang sesungguhnya terjadi jika tidak cukup berarti, akan diserap oleh periode berikutnya.
Tapi jika selisih itu jumlahnya cukup berarti sehingga akan menyesatkan laporan keuangan periode berikutnya maka akan dilakukan penyesuain terhadap laporan keuangan.
إرسال تعليق