Perekaman dan penyampaian pengalaman dalam sastra/puisi disebut “pengalaman perwakilan’ (vicarious experience, (1) D.L. Burton, 1964: 4, (2) M.E. Fowler, 1965: 219, (3) W.J. Grace, 1965: (4). lni berarti bahwa manusia senantiasa ingin mcmiliki salah satu kebutuhan dasarnya untuk lebih menghidupkan pengalaman hidupnya dari sekedar kumpulan pengalaman langsung yang terbalas. Dengan ‘pengalaman per­wakilan” itu sastra/puisi dapat memberikan kepada mahasiswa memiliki kesadaran (insight – wawasan) yang penting untuk dapat melihat dan mengerti banyak tentang dirinya sendiri dan tentang masyarakat.
Dengan keseringan membaca dan mendiskusikan hasil karya sastra/puisi dengan bimbingan dosen yang bijaksana dan matang mcreka dapat berkembang untuk mengerti tidak saja terhadap diri mereka masing-masing dan hubungannya dengan masyarakat di mana mereka hidup, tetapi juga terhadap kcahlian dan kearifan senimannya (the craft of the artist).
Pendekatan terhadap ‘pengalaman perwakilan’ ilu dapat dilakukan dengan suatu kemampuan yang disebut ‘imaginative entry’ (D.L. Burton, 1965: 1544), yaitu kemampuan menghubungkan pengalaman hidup sendiri dengan pengalaman yang diluangkan penyair dalam puisinya. Sebagai pemuda tentulah mahasiswa itu pcrnah jatuh cinta, kebencian yang mendendam, keberanian memprotes, sakit hati dan penderitaan olch kesedihan, keterharuan dan kebanggaan olch dalang-nya suatu harapan yang membahagiakan. Dengan mengidentifikasi pengalaman-pengalaman itu mereka dapat memasuki pcngalaman dalam puisi dengan membaca dan mendiskusikannya, sehingga mcreka dapat memperluas ketahuannya terhadap dirinya dan terhadap orang lain.
Puisi mempunyai kekuatannya sendiri dalam memperluas pengalaman hidup aktual dengan jalan mengalur dan mensintesekannya. Pe­ngalaman yang melayani kebutuhan universal manusia untuk memperoleh pelarian dan obat penawar dari beban kesibukan hidup yang rutin.

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama