Secara umum, interaksi sosial dibedakan sebagai berikut:
1. Interaksi Sosial Asosiatif
Interaksi sosial asosiatif adalah suatu interaksi yang cenderung untuk bersatu dan bekerja sama serta meningkatkan rasa solidaritas antaranggota kelompok. Hal ini dicirikan dengan adanya kesamaan, keserasian, dan keseimbangan. Bentukbentuk interaksi sosial asosiatif meliputi kerja sama (cooperation), akomodasi (accomodation), asimilasi (assimilation), dan akulturasi (acculturation).a. Kerja sama (cooperation)
Kerja sama merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan oleh beberapa orang untuk mencapai tujuan bersama yang telah ditentukan. Kerja sama akan muncul jika masing-masing anggota kelompok memiliki kepentingan yang sama. Kerja sama dapat terjadi di berbagai bidang kehidupan, baik itu dalam bidang sosial, ekonomi, budaya, maupun dalam bidang politik. Berikut ini merupakan bentuk-bentuk kerja sama yang bersifat positif.
1) Kerukunan, yaitu bentuk kerja sama antarindividu atau antarkelompok dalam lingkungan hidup bermasyarakat. Contohnya gotong-royong dan tolong menolong.
2) Bargaining, merupakan bentuk kerja sama dalam melaksanakan tawar menawar atau perjanjian mengenai pertukaran barang dan jasa antarorganisasi atau antarbadan usaha tertentu.
3) Kooptasi, merupakan bentuk kerja sama dalam penerimaan unsur-unsur baru dalam kepemimpinan atau pelaksanaan politik dalam suatu organisasi.
4) Koalisi, yaitu kerja sama dalam bentuk penggabungan atau kombinasi antara dua organisasi atau lebih yang mempunyai tujuan yang sama.
5) Joint-venture, yaitu bentuk kerja sama perusahaan dalam proyek-proyek tertentu, seperti dalam kegiatan ekspor impor serta pertambangan minyak bumi dan gas alam.
b. Akomodasi (accomodation)
Akomodasi merupakan suatu usaha untuk meredakan dan menyelesaikan pertentangan antarindividu atau antarkelompok, tanpa harus menghancurkan pihak lawan. Adapun tujuan dari akomodasi antara lain adalah:
1) mengurangi pertentangan antarindividu maupun antarkelompok;
2) mencegah meledaknya suatu pertentangan untuk sementara waktu;
3) memungkinkan terjadinya kerja sama dengan menggalang seluruh potensi individu atau kelompok; 4) mengusahakan peleburan antarkelompok sosial yang terpisah.
c. Asimilasi (assimilation)
Asimilasi merupakan proses lebih lanjut dari adanya akomodasi. Asimilasi sering diartikan pula sebagai proses peleburan dua unsur kebudayaan atau lebih, hingga menjadi satu kebudayaan. Asimilasi ditandai dengan adanya usahausaha untuk mengurangi perbedaan-perbedaan yang terdapat pada individu atau kelompok dalam kehidupan bermasyarakat dengan jalan penyesuaian diri.
d. Akulturasi (acculturation)
Akulturasi merupakan proses pengambilan sebagian unsurunsur kebudayaan lain oleh sebuah individu atau kelompok sosial. Oleh karena itu, akulturasi hanya bersifat memperkaya budaya di mana kebudayaan asli masih tampak.
2. Interaksi Sosial Disosiatif
Interaksi sosial disosiatif adalah suatu bentuk interaksi yang cenderung mengarah kepada timbulnya perpecahan dan meregangkan solidaritas kelompok. Bentuk-bentuk dari interaksi sosial disosiatif antara lain.
a. Persaingan (competition)
Persaingan merupakan salah satu bentuk proses sosial yang di dalamnya terdapat upaya orang perorangan atau kelompok untuk dapat meraih sesuatu tujuan. Persaingan dapat terjadi pada berbagai segi kehidupan, baik dalam bidang ekonomi, sosial, maupun dalam bidang budaya. Persaingan antarindividu dalam meraih kedudukan atau posisi tertentu dalam kelompoknya merupakan salah satu bentuk persaingan dalam bidang sosial. Contoh, dua orang siswa yang memperebutkan posisi sebagai ketua OSIS.
b. Kontravensi (contravention)
Kontravensi merupakan salah satu bentuk proses sosial yang berada di antara persaingan dan pertentangan. Hal ini dicirikan dengan adanya perasaan tidak suka atau rasa benci, baik secara tersembunyi maupun secara terang-terangan. Contohnya , perasaan tidak suka seorang siswa terhadap temannya yang terpilih menjadi ketua OSIS.
c. Pertentangan atau pertikaian (conflict)
Pertentangan merupakan bentuk proses sosial di mana seorang individu atau kelompok masyarakat tertentu berusaha mencapai tujuannya dengan jalan menentang pihak lawan yang disertai dengan adanya ancaman atau kekerasan. Beberapa faktor yang menjadi pendorong munculnya pertentangan antara lain adanya perbedaan kepribadian masingmasing individu, perbedaan kebudayaan, perbedaan kepentingan, dan karena terjadinya perubahan sosial. Perbedaan-perbedaan tersebut dapat menjadi potensi yang memicu munculnya pertentangan.
Posting Komentar